Asal
usul kota jepara
Asal usul Mengapa Jepara jadi Kota
Ukir Menurut LegendaDikisahkan seorang ahli seni pahat dan lukis bernama
Prabangkara yang hidup pada masa Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit, pada
suatu ketika sang raja menyuruh Prabangkara untuk membuat lukisan permaisuri
raja sebagai ungkapan rasa cinta beliau pada permaisurinya yang sangat cantik
dan mempesona.Lukisan permaisuri yang tanpa busana itu dapat diselesaikan oleh
Prabangkara dengan sempurna dan tentu saja hal ini membuat Raja Brawijaya
menjadi curiga karena pada bagian tubuh tertentu dan rahasia terdapat tanda
alami/khusus yang terdapat pula pada lukisan serta tempatnya/posisi dan
bentuknya persis. Dengan suatu tipu muslihat, Prabangkara dengan segala
peralatannya dibuang dengan cara diikat pada sebuah layang-layang yang setelah
sampai di angkasa diputus talinya.Dalam keadaan melayang-layang inilah pahat
Prabangkara jatuh di suatu desa yang dikenal dengan nama Belakang Gunung di
dekat kota Jepara.Di desa kecil sebelah utara kota Jepara tersebut sampai
sekarang memang banyak terdapat pengrajin ukir yang berkualitas tinggi. Namun
asal mula adanya ukiran disini apakah memang betul disebabkan karena jatuhnya
pahat Prabangkara, belum ada data sejarah yang mendukungnya. Menurut SejarahPada
masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, terdapat seorang patih bernama Sungging
Badarduwung yang berasal dari Campa (Kamboja) ternyata seorang ahli memahat
pula. Sampai kini hasil karya Patih tersebut masih bisa dilihat di komplek
Masjid Kuno dan Makam Ratu Kalinyamat yang dibangun pada abad XVI.Keruntuhan
Kerajaan Majapahit telah menyebabkan tersebarnya para ahli dan seniman hindu ke
berbagai wilayah paruh pertama abad XVI. Di dalam pengembangannya,
seniman-seniman tersebut tetap mengembangkan keahliannya dengan menyesuaikan
identitas di daerah baru tersebut sehingga timbulah macam-macam motif
kedaerahan seperti : Motif Majapahit, Bali, Mataram, Pajajaran, dan Jepara yang
berkembang di Jepara hingga kini.
Asal usul
nama Indonesia
Nama Indoneisa untuk
pertama kalinya muncul di dunia yaitu terdapat pada tulisan James Richardson
Logan halaman 254 (1819-1869). Mr. Earl suggests the ethnographical term
Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely
geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian
Islands or the Indian Archipelago. Logan adalah orang Skotlandia yang
meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Pada saat mengusulkan nama
Indonesia Logan tidak menyadari dan tidak menduga ternyata nama Indonesia itu
menjadi nama bangsa dan Negara yang mana jumlah penduduknya merupakan peringkat
keempat terbesar di dunia. Dari situlah James Richardson Logan secara konsisten
menggunakan nama Indonesia dalam karya ilmiahnya, dan dengan seiring
perjalanannya waktu pemakaian nama Indonesia menyebar di kalangan para ilmuwan
bidang etnologi dan geografi. Inilah yang menjadi titik awal mula nama
Indonesia di dunia.
Pada tahun 1884 guru
besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905)
menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak
lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air
kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah
Indonesia di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa
istilah Indonesia itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara
lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian
mengambil istilah Indonesia itu dari tulisan-tulisan Logan.
Putra ibu pertiwi
yang mula-mula menggunakan istilah Indonesia adalah Suwardi Suryaningrat (Ki
Hajar Dewantara). Ketika di buang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau
mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Pada dasawarsa
1920-an, nama Indonesia yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan
geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air
kita, sehingga nama Indonesia akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas
suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan! Akibatnya pemerintah Belanda
mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Bung Hatta
menegaskan dalam tulisannya, Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige
vrije Indonesische staat) mustahil disebut -Hindia Belanda-. Juga tidak
-Hindia- saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi
kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena
melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk
mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala
tenaga dan kemampuannya.
Sementara itu, di
tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun
itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis
Indonesia (PKI). Lalu pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan
Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah
air yang mula-mula menggunakan nama Indonesia. Akhirnya nama Indonesia
dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan
Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini kita sebut Sumpah
Pemuda.
Pada bulan Agustus
1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat, DPR zaman Belanda), Muhammad
Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan
mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama Indonesia diresmikan sebagai pengganti
nama Nederlandsch-Indie. Tetapi Belanda keras kepala sehingga mosi ini ditolak
mentah-mentah.
Maka kehendak Allah
pun berlaku. Dengan jatuhnya tanah air kita ke tangan Jepang pada tanggal 8
Maret 1942, lenyaplah nama Hindia Belanda untuk selama-lamanya. Lalu pada
tanggal 17 Agustus 1945, atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, lahirlah
Republik Indonesia.
Penjelasan Singkat:
Mengenai Logan.
Namanya: James Richardson Logan (1819-1869). Dia adalah orang Skotlandia yang
meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh.
Dia cuma seorang
pengelola majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern
Asia (JIAEA); yang diterbitkan di singapura pada 1847.
Orang yang lebih
arif mengenai Indonesia & kawasan di mana Indonesia itu berada adalah,
George Samuel Windsor Earl (1813-1865).
Dia adalah seorang
ahli etnologi bangsa Inggris. Pada tahun 1849, dia mengajukan dua pilihan nama:
Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau).
Pada halaman 71
artikelnya itu tertulis: …the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan
Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians.
Earl sendiri
menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia
(Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan
Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa).
Lagi pula, kata Earl, bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini?
Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak
memakai istilah Indunesia.
Asal Usul
Sejarah Borobudur
Candi borobudur
merupakan salah satu obyek wisata yang terkenal di Indonesia yang terletak di
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur didirikan sekitar tahun
800-an Masehi oleh para penganut agama Buddha Wahayana. Dalam sejarah
candi borobudur, terdapat berbagai teori yang menjelaskan asal
usul nama candi borobudur. Salah satunya menyatakan bahwa nama
borobudur kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara yang artinya “gunung”
(bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain itu terdapat
beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan
“para Buddha” yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain
ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata “bara” dan “beduhur”. Kata bara
konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara
berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan
beduhur artinya ialah “tinggi”, atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang
berarti “di atas”. Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di
tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de
Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950
berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti
Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah
raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan
pembangunan sekitar tahun 824 M.
Bangunan raksasa itu
baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan
Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah
pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çr?
Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kam?l?n yang disebut
Bh?misambh?ra. Istilah Kam?l?n sendiri berasal dari kata mula yang berarti
tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur
dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bh?mi Sambh?ra Bhudh?ra
dalam bahasa sansekerta yang berarti “Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan
boddhisattwa”, adalah nama asli Borobudur.
Letak candi ini
diatas perbukitan yang terletak di Desa Borobudur, Mungkid, Magelang atau 42 km
sebelah laut kota Yogyakarta. Dikelilingi Bukit Manoreh yang membujur dari arah
timur ke barat. Sementara di sebelah timur terdapat Gunung Merapi dan Merbau,
serta disebelah barat ada Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Dibutuhkan tak
kurang dari 2 juta balok batu andesit atau setara dengan 50.000m persegi untuk
membangun Candi Borobudur ini. Berat keseluruhan candi mencapai 3,5 juta ton.
Seperti umumnya bangunan candi, Borobudur memiliki 3 bagian bangunan, yaitu
kaki, badan dan atas. Bangunan kaki disebut Kamadhatu, yang menceritakan
tentang kesadaran yang dipenuhi dengan hawa nafsu dan sifat-sifat kebinatangan.
Kemudian Ruphadatu, yang bermakna sebuah tingkatan kesadaran manusia yang masih
terikat hawa nafsu, materi dan bentuk. Sedangkan Aruphadatu yang tak lagi
terikat hawa nafsu, materi dan bentuk digambarkan dalam bentuk stupa induk yang
kosong. Hal ini hanya dapat dicapai dengan keinginan dan kekosongan.
Jam
Unik yang Berusia 150 Tahun
LONDON – Big Ben bukanlah menara jam biasa. Meski ada
puluhan menara jam lain di dunia yang lebih besar maupun lebih indah, tak bisa
dimungkiri bahwa Big Ben adalah menara jam paling terkenal di dunia.
Sebenarnya Big Ben bukan nama menara
maupun jam raksasa itu. Big Ben adalah julukan bagi lonceng raksasa seberat
14,5 ton yang tergantung di puncak menara itu dan setiap jam berdentang
mengeluarkan bunyi unik, yang oleh warga Inggris disebut “bong”. Namun, banyak
orang, termasuk warga Inggris sendiri yang menganggap Big Ben adalah nama
menara jam yang terletak di ujung Istana Westminter, London.
Bukan cuma keunikan suara yang
membuat jam itu terkenal. Piringan jam menara Istana Westminter itu sebenarnya
cukup besar untuk meraih predikat jam muka empat terbesar di dunia, tapi gelar
itu direbut oleh Menara jam Allen Bradley di Milwaukee, Wisconsin, Amerika
Serikat, pada 1962. Meski demikian, Big Ben tetap mempertahankan posisi sebagai
menara jam empat sisi berdentang terbesar di dunia.
Kini Big Ben telah berusia 150
tahun. Untuk memperingatinya, sepanjang 2009 ini Parlemen Inggris menggelar
perayaan setahun penuh. Perayaan ini tak terbatas bagi lonceng besar buatan
Whitechapel Bell Foundry itu, namun juga jam besar dan menaranya sebagai satu
kesatuan. “Tahun 1859 adalah awal bagi ketiga elemen itu ketika menara jam
selesai, Great Clock mulai beroperasi pada 31 Mei dan Great Bell
memperdengarkan dentangnya untuk pertama kali pada 11 Juli.”
Kini menara jam berlonceng yang
berada di gedung parlemen Inggris itu menjadi landmark paling favorit di
Inggris. Alan Hughes, Direktur Whitechapel Bell Foundry, menyatakan tak aneh
jika banyak orang mengunjungi dan mendengarkan dentang Big Ben. “Big Ben
mungkin lonceng paling terkenal di dunia,” ujarnya. “Ketika mendengar Big Ben,
Anda tak mungkin salah menebak bahwa itu bunyi Big Ben. Itu bukan sekadar
lonceng besar biasa. Ini Big Ben. Suaranya unik.”
Keunikan suara itu sebenarnya tak
disengaja. Suara “bong” yang terdengar itu terjadi karena ada retakan pada
tubuh genta. Hantaman palu yang keras memang bisa membuat lonceng retak, bahkan
genta pertama Big Ben retak parah ketika uji coba. Lonceng pertama itu akhirnya
dipotong dan dilumerkan pada 1858 dan dicetak ulang menjadi Big Ben yang saat ini
tergantung di puncak menara.
Meski retak dan sudah uzur, Big Ben
diperkirakan masih bisa terus berdetik. “Tak ada alasan mengapa Big Ben tak
bisa abadi,” kata Mike McCann, penanggung jawab jam besar yang menjadi ikon
kota London itu.
Salah satu tugas McCann sebagai
Keeper of The Great Clock atau penjaga jam Big Ben adalah menjaga keakuratan
jam itu. Tiga kali dalam sepekan, tiap Senin, Rabu, dan Jumat, dia harus
memutar jam dan menambah atau mengurangi koin penny dari pendulum.
Ketepatan waktu Big Ben memang amat
terkenal, tapi daya tahan jam tersebut beberapa kali rontok juga. Dalam 150
tahun Big Ben beberapa kali terhenti, entah karena salju, kegagalan mekanis.
Bahkan pada 1949, sekelompok burung jalak pernah menyabotase Big Ben dan
membuatnya berhenti dengan hinggap beramai-ramai pada jarum detiknya.
Meski kerap menghadapi masalah,
jarum jam Bin Ben terus berdetik dan loncengnya terus berdentang sampai hari
ini. “Sebuah kehormatan untuk memeliharanya,” kata McCann. “Kita hidup dalam
komunitas yang dengan mudah membuang segala sesuatu dan ini adalah sesuatu yang
yang akan tetap bertahap sampai ratusan tahun.” TJANDRA DEWI | BIGBEN | CNN |
TIMES
Big Ben
Dunia mengenal jam besar dari Istana
Westminster di London dengan nama Bin Ben. Jam ini pertama kali aktif berdetak
pada 31 Mei 1859. Sejak saat itu, jam bermuka empat ini telah menjadi ikon
Inggris dan keakurasiannya terkenal sampai ke seluruh dunia.
# Menara jam: Dirancang oleh Charles Barry dan Augustus Pugin
# Tinggi: 96 meter
# Menara jam: Dirancang oleh Charles Barry dan Augustus Pugin
# Tinggi: 96 meter
Lonceng
LONCENG BESAR
Bersama jam dan menaranya, lonceng besar ini juga dijuluki “Big Ben”. Julukan itu mungkin berasal dari nama Benjamin Hall, politisi sekaligus First Commissioner of Works pada masa menara jam itu dibuat.
Bersama jam dan menaranya, lonceng besar ini juga dijuluki “Big Ben”. Julukan itu mungkin berasal dari nama Benjamin Hall, politisi sekaligus First Commissioner of Works pada masa menara jam itu dibuat.
Lonceng yang kini terpasang adalah
genta kedua. Lonceng pertamanya retak ketika dites. Lonceng hasil cetakan
kedua, 2,5 ton lebih ringan daripada lonceng pertama, pertama kali berdentang
pada Juli 1859.
Berat: 13,7 ton
Tinggi: 2,2 meter
Diameter: 2,7 meter
Berat palu: 200 kilogram
Berat: 13,7 ton
Tinggi: 2,2 meter
Diameter: 2,7 meter
Berat palu: 200 kilogram
LONCENG QUARTER
Setiap seperempat jam, empat genta kecil berdentang memainkan komposisi musik Messiah, karya terbesar George Frideric Handel:
All through this hour
Lord be my guide
that by Thy power
No foot shall slide
# Fly Fans: Rem angin mengatur penurunan beban
# Beban
# Pendulum
Setiap seperempat jam, empat genta kecil berdentang memainkan komposisi musik Messiah, karya terbesar George Frideric Handel:
All through this hour
Lord be my guide
that by Thy power
No foot shall slide
# Fly Fans: Rem angin mengatur penurunan beban
# Beban
# Pendulum
Muka Jam
Setiap jam terletak pada kerangka besi tempa berdiameter 7 meter dan memiliki 312 kepingan kaca opal.
Setiap jam terletak pada kerangka besi tempa berdiameter 7 meter dan memiliki 312 kepingan kaca opal.
Jarum jam
- Panjang: 2,7 meter
- Berat: 300 kilogram
- Material: gun metal, sejenis logam campuran perunggu
- Panjang: 2,7 meter
- Berat: 300 kilogram
- Material: gun metal, sejenis logam campuran perunggu
Jarum detik
Panjang: 4,2 meter
Berat: 100 kilogram
Material: Lempengan tembaga
Panjang: 4,2 meter
Berat: 100 kilogram
Material: Lempengan tembaga
Pemberhentian Great Clock
1962: Dentang jam pada tahun baru
terlambat 10 menit karena salju yang menumpuk pada jarum jam.
1976: Jam dimatikan selama 26 hari
dalam sembilan bulan setelah mekanisme dentangannya mengalami kerusakan karena
logamnya aus.
2005: Mekanisme jam berhenti selama
dua hari karena pelaksanaan inspeksi terhadap tuas rem.
2007: Mekanisme jam diganti
menggunakan motor listrik selama proses pemeliharaan selama enam bulan.
Piringan jam dibersihkan dan diperbaiki untuk persiapan menyambut perayaan 150
tahun Big Ben.
Mekanisme Great Clock
Jam ini digerakkan oleh gravitasi, yang terdiri atas tiga “train” atau roda gigi, yaitu Going, Chime, dan Strike. Setiap roda gigi itu terdiri atas silinder yang terhubung pada beban yang menggantung ke bawah menggunakan kawat baja. Ketika beban turun, silinder akan berputar dan menggerakkan jarum dan lonceng lewat serangkaian roga gigi, kawat, dan tuas.
Jam ini digerakkan oleh gravitasi, yang terdiri atas tiga “train” atau roda gigi, yaitu Going, Chime, dan Strike. Setiap roda gigi itu terdiri atas silinder yang terhubung pada beban yang menggantung ke bawah menggunakan kawat baja. Ketika beban turun, silinder akan berputar dan menggerakkan jarum dan lonceng lewat serangkaian roga gigi, kawat, dan tuas.
Dibangun oleh pembuat jam Edward
Dent berdasarkan desain yang dirancang oleh pengacara dan horologist amatir,
Edmund Beckett Denison, dengan bimbingan dari George Airy, seorang astronom
kerajaan.
Train Going
Menggerakkan jarum jam melalui roda gigi yang dioperasikan oleh tuas tunggal.
Menggerakkan jarum jam melalui roda gigi yang dioperasikan oleh tuas tunggal.
Train ini dikendalikan oleh Gravity
Escapement kaki tiga ganda, yaitu sebuah mekanisme pengatur gerakan roda dan
memasok impuls energi periodik kepada pendulum atau beban penyeimbang.
Denison melakukan terobosan yang
membuat impuls ke pendulum tidak diberikan oleh escape wheel, seperti yang
terjadi pada deadbeat escapement, melainkan melalui gaya gravitasi dari kedua
tangan.
Invensi ini membebaskan pendulum
dari friksi sehingga menjamin akurasi.
Escape wheel
Escape wheel : Roda gigi berputar yang secara periodik tersambung dan terlepas oleh jangkar dalam sebuah escapement.
Escape wheel : Roda gigi berputar yang secara periodik tersambung dan terlepas oleh jangkar dalam sebuah escapement.
Secara bergantian pendulum menyentuh
satu dari kedua tangan setiap dua detik, mengeluarkan beban escape.
Tangan pengunci kemudian jatuh ke
belakang karena dipengaruhi gravitasinya sendiri, menumbuk pendulum agar tetap
berayun.
Dimensi Mekanisme
Panjang: 4,7 meter
Lebar: 1,4 meter
Berat: 5 ton
Material bingkai: balok besi tempa
Panjang: 4,7 meter
Lebar: 1,4 meter
Berat: 5 ton
Material bingkai: balok besi tempa
- Silinder Strike Train
- Silinder Going Train
- Silinder Chime Train
- Silinder Going Train
- Silinder Chime Train
CHIME TRAIN
Roda gigi ini membunyikan empat genta quarter melalui kawat baja yang terhubung ke palu lonceng.
- Setiap 15 menit, tangan pengangkat jatuh ke atas segmen roda yang relevan. Panjang segmen menentukan panjang rangkaian dentang.
Roda gigi ini membunyikan empat genta quarter melalui kawat baja yang terhubung ke palu lonceng.
- Setiap 15 menit, tangan pengangkat jatuh ke atas segmen roda yang relevan. Panjang segmen menentukan panjang rangkaian dentang.
STRIKE TRAIN
Membunyikan genta jam melalui tumbukan beban satu ton yang tergantung di bawahnya.
Membunyikan genta jam melalui tumbukan beban satu ton yang tergantung di bawahnya.
Beban yang jatuh menggerakkan
silinder menarik tali baja yang terhubung ke palu lonceng.
Pendulum
Panjang: 4,4 meter
Berat: 310 kilogram
Panjang: 4,4 meter
Berat: 310 kilogram
Pengatur jam:
Koin penny tua yang ditempatkan di atas langkan mengubah pusat massa pendulum. Menambah atau mengurangi satu penny mengubah kecepatan jam sampai 0,4 detik per hari.
Koin penny tua yang ditempatkan di atas langkan mengubah pusat massa pendulum. Menambah atau mengurangi satu penny mengubah kecepatan jam sampai 0,4 detik per hari.
Pemeliharaan
Jam diputar secara manual dengan tangan tiga kali dalam sepekan. Perlu lebih dari satu jam untuk memutar jam tersebut karena tidak mungkin untuk memutarnya saat jam berdentang.
Jam diputar secara manual dengan tangan tiga kali dalam sepekan. Perlu lebih dari satu jam untuk memutar jam tersebut karena tidak mungkin untuk memutarnya saat jam berdentang.
Sejarah Menara Pissa
Menara
miring Pisa (dalam Bahasa Italia: Torre pendente di Pisa) atau yang biasa
disebut The Tower of Pisa (La Torre di Pisa) adalah sebuah menara lonceng dari
sebuah katedral di kota Pisa, Italia. Menara ini terletak di belakang katedral
dan merupakan struktur ketiga di Campo dei Miracoli (keajaiban) Pisa.
Walaupun
rencana semula dibangun secara vertikal, menara itu mulai miring ke arah
tenggara segera setelah dilakukan konstruksi di tahun 1173, dikarenakan pondasi
yang tak sempurna.
Tinggi dari menara tersebut adalah 55,86 km dari permukaan tanah di sisi terendah, dan 56,70 m di sisi yang tertinggi. Lebar alas bangunan itu adalah 4,09 m dan lebar puncaknya adalah 2,48 m. Berat menara ini diperkirakan 14,500 ton dan memiliki 294 anak tangga.
Konstruksi dari Menara Pisa dibangun dalam tiga tahap, yang memakan waktu sekitar 200 tahun. Konstruksi marmer putih di lantai pertama dimulai pada tanggal 9 Agustus 1173, pada masa kejayaan militer dan kemakmuran Italia. Lantai pertama ini dikelilingi oleh beberapa pilar dan walaupun posisinya miring, namun tetap tahan selama berabad-abad.
Ada kontroversi seputar identitas dari arsitek yang membangun Menara Miring Pisa. Selama bertahun-tahun, desain tersebut diyakini dibuat oleh Guglielmo dan Bonanno Pisano, artis lokal kenamaan di abad ke-12, yang terkenal dengan karya perunggunya, khususnya pada karyanya Pisa Duomo.
Bonanno Pisano meninggalkan Pisa di tahun 1185 dan pindah ke Monreale, Sicilia, namun kemudian kembali lagi dan meninggal di tanah kelahirannya itu. Makamnya ditemukan di dasar tower di tahun 1820.
Menara itu pertama kali miring setelah lantai ketiga dibangun di tahun 1178, dikarenakan amblasnya pondasi sedalam tiga meter, akibat pergerakan tanah. Ini berarti bahwa desain dari menara tersebut telah cacat sejak pada awalnya.
Konstruksi dihentikan sementara selama hampir seabad lamanya, karena para warga Pisa hampir terlibat peperangan dengan Genoa, Lucca dan Florence. Selama masa ‘istirahat’ ini, struktur tanah di bawahnya telah kembali stabil. Dan di tahun 1198, dipasang jam untuk sementara pada bangunan yang masih belum tuntas itu.
Di tahun 1272, bangunan itu dilanjutkan kembali oleh Giovanni di Simone, arsitek dari Camposanto. Lantai keempat dibangun untuk mengimbangi kemiringan dari menara ini. Pembangunan kembali dihentikan di tahun 1284, saat Pisa ditaklukan oleh Genoa dalam Pertempuran Meloria.
Pembangunan menara lonceng ini tak selesai terhenti hingga 1372. Setelah itu, Tommaso di Andrea Pisano berhasil menyelesaikan elemen-elemen Gothic dari menara tersebut, dengan memberikan sentuhan gaya Roma. Terdapat tujuh lonceng pada menara tersebut, yang masing-masing mewakili not pada nada. Lonceng yang terbesar dipasang pada tahun 1655.
Tinggi dari menara tersebut adalah 55,86 km dari permukaan tanah di sisi terendah, dan 56,70 m di sisi yang tertinggi. Lebar alas bangunan itu adalah 4,09 m dan lebar puncaknya adalah 2,48 m. Berat menara ini diperkirakan 14,500 ton dan memiliki 294 anak tangga.
Konstruksi dari Menara Pisa dibangun dalam tiga tahap, yang memakan waktu sekitar 200 tahun. Konstruksi marmer putih di lantai pertama dimulai pada tanggal 9 Agustus 1173, pada masa kejayaan militer dan kemakmuran Italia. Lantai pertama ini dikelilingi oleh beberapa pilar dan walaupun posisinya miring, namun tetap tahan selama berabad-abad.
Ada kontroversi seputar identitas dari arsitek yang membangun Menara Miring Pisa. Selama bertahun-tahun, desain tersebut diyakini dibuat oleh Guglielmo dan Bonanno Pisano, artis lokal kenamaan di abad ke-12, yang terkenal dengan karya perunggunya, khususnya pada karyanya Pisa Duomo.
Bonanno Pisano meninggalkan Pisa di tahun 1185 dan pindah ke Monreale, Sicilia, namun kemudian kembali lagi dan meninggal di tanah kelahirannya itu. Makamnya ditemukan di dasar tower di tahun 1820.
Menara itu pertama kali miring setelah lantai ketiga dibangun di tahun 1178, dikarenakan amblasnya pondasi sedalam tiga meter, akibat pergerakan tanah. Ini berarti bahwa desain dari menara tersebut telah cacat sejak pada awalnya.
Konstruksi dihentikan sementara selama hampir seabad lamanya, karena para warga Pisa hampir terlibat peperangan dengan Genoa, Lucca dan Florence. Selama masa ‘istirahat’ ini, struktur tanah di bawahnya telah kembali stabil. Dan di tahun 1198, dipasang jam untuk sementara pada bangunan yang masih belum tuntas itu.
Di tahun 1272, bangunan itu dilanjutkan kembali oleh Giovanni di Simone, arsitek dari Camposanto. Lantai keempat dibangun untuk mengimbangi kemiringan dari menara ini. Pembangunan kembali dihentikan di tahun 1284, saat Pisa ditaklukan oleh Genoa dalam Pertempuran Meloria.
Pembangunan menara lonceng ini tak selesai terhenti hingga 1372. Setelah itu, Tommaso di Andrea Pisano berhasil menyelesaikan elemen-elemen Gothic dari menara tersebut, dengan memberikan sentuhan gaya Roma. Terdapat tujuh lonceng pada menara tersebut, yang masing-masing mewakili not pada nada. Lonceng yang terbesar dipasang pada tahun 1655.
No comments:
Post a Comment