Pink Blossom Pointer -->

Asal usul


Asal usul kota jepara
Asal usul Mengapa Jepara jadi Kota Ukir Menurut LegendaDikisahkan seorang ahli seni pahat dan lukis bernama Prabangkara yang hidup pada masa Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit, pada suatu ketika sang raja menyuruh Prabangkara untuk membuat lukisan permaisuri raja sebagai ungkapan rasa cinta beliau pada permaisurinya yang sangat cantik dan mempesona.Lukisan permaisuri yang tanpa busana itu dapat diselesaikan oleh Prabangkara dengan sempurna dan tentu saja hal ini membuat Raja Brawijaya menjadi curiga karena pada bagian tubuh tertentu dan rahasia terdapat tanda alami/khusus yang terdapat pula pada lukisan serta tempatnya/posisi dan bentuknya persis. Dengan suatu tipu muslihat, Prabangkara dengan segala peralatannya dibuang dengan cara diikat pada sebuah layang-layang yang setelah sampai di angkasa diputus talinya.Dalam keadaan melayang-layang inilah pahat Prabangkara jatuh di suatu desa yang dikenal dengan nama Belakang Gunung di dekat kota Jepara.Di desa kecil sebelah utara kota Jepara tersebut sampai sekarang memang banyak terdapat pengrajin ukir yang berkualitas tinggi. Namun asal mula adanya ukiran disini apakah memang betul disebabkan karena jatuhnya pahat Prabangkara, belum ada data sejarah yang mendukungnya. Menurut SejarahPada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat, terdapat seorang patih bernama Sungging Badarduwung yang berasal dari Campa (Kamboja) ternyata seorang ahli memahat pula. Sampai kini hasil karya Patih tersebut masih bisa dilihat di komplek Masjid Kuno dan Makam Ratu Kalinyamat yang dibangun pada abad XVI.Keruntuhan Kerajaan Majapahit telah menyebabkan tersebarnya para ahli dan seniman hindu ke berbagai wilayah paruh pertama abad XVI. Di dalam pengembangannya, seniman-seniman tersebut tetap mengembangkan keahliannya dengan menyesuaikan identitas di daerah baru tersebut sehingga timbulah macam-macam motif kedaerahan seperti : Motif Majapahit, Bali, Mataram, Pajajaran, dan Jepara yang berkembang di Jepara hingga kini.
 
Asal usul nama Indonesia
 
Nama Indoneisa untuk pertama kalinya muncul di dunia yaitu terdapat pada tulisan James Richardson Logan halaman 254 (1819-1869). Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago. Logan adalah orang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Pada saat mengusulkan nama Indonesia Logan tidak menyadari dan tidak menduga ternyata nama Indonesia itu menjadi nama bangsa dan Negara yang mana jumlah penduduknya merupakan peringkat keempat terbesar di dunia. Dari situlah James Richardson Logan secara konsisten menggunakan nama Indonesia dalam karya ilmiahnya, dan dengan seiring perjalanannya waktu pemakaian nama Indonesia menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Inilah yang menjadi titik awal mula nama Indonesia di dunia.
Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah Indonesia di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah Indonesia itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah Indonesia itu dari tulisan-tulisan Logan.
Putra ibu pertiwi yang mula-mula menggunakan istilah Indonesia adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika di buang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Pada dasawarsa 1920-an, nama Indonesia yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama Indonesia akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan! Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya, Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut -Hindia Belanda-. Juga tidak -Hindia- saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.
Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Lalu pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama Indonesia. Akhirnya nama Indonesia dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini kita sebut Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat, DPR zaman Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama Indonesia diresmikan sebagai pengganti nama Nederlandsch-Indie. Tetapi Belanda keras kepala sehingga mosi ini ditolak mentah-mentah.
Maka kehendak Allah pun berlaku. Dengan jatuhnya tanah air kita ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama Hindia Belanda untuk selama-lamanya. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, lahirlah Republik Indonesia.
Penjelasan Singkat:
Mengenai Logan. Namanya: James Richardson Logan (1819-1869). Dia adalah orang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh.
Dia cuma seorang pengelola majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA); yang diterbitkan di singapura pada 1847.
Orang yang lebih arif mengenai Indonesia & kawasan di mana Indonesia itu berada adalah, George Samuel Windsor Earl (1813-1865).
Dia adalah seorang ahli etnologi bangsa Inggris. Pada tahun 1849, dia mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau).
Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis: …the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians.
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Lagi pula, kata Earl, bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini? Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.

Asal Usul Sejarah Borobudur
 
Candi borobudur merupakan salah satu obyek wisata yang terkenal di Indonesia yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur didirikan sekitar tahun 800-an Masehi oleh para penganut agama Buddha Wahayana. Dalam sejarah candi borobudur, terdapat berbagai teori yang menjelaskan asal usul nama candi borobudur. Salah satunya menyatakan bahwa nama borobudur kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara yang artinya “gunung” (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan “para Buddha” yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata “bara” dan “beduhur”. Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah “tinggi”, atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti “di atas”. Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M.
Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çr? Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kam?l?n yang disebut Bh?misambh?ra. Istilah Kam?l?n sendiri berasal dari kata mula yang berarti tempat asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur, kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bh?mi Sambh?ra Bhudh?ra dalam bahasa sansekerta yang berarti “Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa”, adalah nama asli Borobudur.
Letak candi ini diatas perbukitan yang terletak di Desa Borobudur, Mungkid, Magelang atau 42 km sebelah laut kota Yogyakarta. Dikelilingi Bukit Manoreh yang membujur dari arah timur ke barat. Sementara di sebelah timur terdapat Gunung Merapi dan Merbau, serta disebelah barat ada Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Dibutuhkan tak kurang dari 2 juta balok batu andesit atau setara dengan 50.000m persegi untuk membangun Candi Borobudur ini. Berat keseluruhan candi mencapai 3,5 juta ton. Seperti umumnya bangunan candi, Borobudur memiliki 3 bagian bangunan, yaitu kaki, badan dan atas. Bangunan kaki disebut Kamadhatu, yang menceritakan tentang kesadaran yang dipenuhi dengan hawa nafsu dan sifat-sifat kebinatangan. Kemudian Ruphadatu, yang bermakna sebuah tingkatan kesadaran manusia yang masih terikat hawa nafsu, materi dan bentuk. Sedangkan Aruphadatu yang tak lagi terikat hawa nafsu, materi dan bentuk digambarkan dalam bentuk stupa induk yang kosong. Hal ini hanya dapat dicapai dengan keinginan dan kekosongan.

Jam Unik yang Berusia 150 Tahun
 
iLONDON – Big Ben bukanlah menara jam biasa. Meski ada puluhan menara jam lain di dunia yang lebih besar maupun lebih indah, tak bisa dimungkiri bahwa Big Ben adalah menara jam paling terkenal di dunia.
Sebenarnya Big Ben bukan nama menara maupun jam raksasa itu. Big Ben adalah julukan bagi lonceng raksasa seberat 14,5 ton yang tergantung di puncak menara itu dan setiap jam berdentang mengeluarkan bunyi unik, yang oleh warga Inggris disebut “bong”. Namun, banyak orang, termasuk warga Inggris sendiri yang menganggap Big Ben adalah nama menara jam yang terletak di ujung Istana Westminter, London.
Bukan cuma keunikan suara yang membuat jam itu terkenal. Piringan jam menara Istana Westminter itu sebenarnya cukup besar untuk meraih predikat jam muka empat terbesar di dunia, tapi gelar itu direbut oleh Menara jam Allen Bradley di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat, pada 1962. Meski demikian, Big Ben tetap mempertahankan posisi sebagai menara jam empat sisi berdentang terbesar di dunia.
Kini Big Ben telah berusia 150 tahun. Untuk memperingatinya, sepanjang 2009 ini Parlemen Inggris menggelar perayaan setahun penuh. Perayaan ini tak terbatas bagi lonceng besar buatan Whitechapel Bell Foundry itu, namun juga jam besar dan menaranya sebagai satu kesatuan. “Tahun 1859 adalah awal bagi ketiga elemen itu ketika menara jam selesai, Great Clock mulai beroperasi pada 31 Mei dan Great Bell memperdengarkan dentangnya untuk pertama kali pada 11 Juli.”
Kini menara jam berlonceng yang berada di gedung parlemen Inggris itu menjadi landmark paling favorit di Inggris. Alan Hughes, Direktur Whitechapel Bell Foundry, menyatakan tak aneh jika banyak orang mengunjungi dan mendengarkan dentang Big Ben. “Big Ben mungkin lonceng paling terkenal di dunia,” ujarnya. “Ketika mendengar Big Ben, Anda tak mungkin salah menebak bahwa itu bunyi Big Ben. Itu bukan sekadar lonceng besar biasa. Ini Big Ben. Suaranya unik.”
Keunikan suara itu sebenarnya tak disengaja. Suara “bong” yang terdengar itu terjadi karena ada retakan pada tubuh genta. Hantaman palu yang keras memang bisa membuat lonceng retak, bahkan genta pertama Big Ben retak parah ketika uji coba. Lonceng pertama itu akhirnya dipotong dan dilumerkan pada 1858 dan dicetak ulang menjadi Big Ben yang saat ini tergantung di puncak menara.
Meski retak dan sudah uzur, Big Ben diperkirakan masih bisa terus berdetik. “Tak ada alasan mengapa Big Ben tak bisa abadi,” kata Mike McCann, penanggung jawab jam besar yang menjadi ikon kota London itu.
Salah satu tugas McCann sebagai Keeper of The Great Clock atau penjaga jam Big Ben adalah menjaga keakuratan jam itu. Tiga kali dalam sepekan, tiap Senin, Rabu, dan Jumat, dia harus memutar jam dan menambah atau mengurangi koin penny dari pendulum.
Ketepatan waktu Big Ben memang amat terkenal, tapi daya tahan jam tersebut beberapa kali rontok juga. Dalam 150 tahun Big Ben beberapa kali terhenti, entah karena salju, kegagalan mekanis. Bahkan pada 1949, sekelompok burung jalak pernah menyabotase Big Ben dan membuatnya berhenti dengan hinggap beramai-ramai pada jarum detiknya.
Meski kerap menghadapi masalah, jarum jam Bin Ben terus berdetik dan loncengnya terus berdentang sampai hari ini. “Sebuah kehormatan untuk memeliharanya,” kata McCann. “Kita hidup dalam komunitas yang dengan mudah membuang segala sesuatu dan ini adalah sesuatu yang yang akan tetap bertahap sampai ratusan tahun.” TJANDRA DEWI | BIGBEN | CNN | TIMES
Big Ben
Dunia mengenal jam besar dari Istana Westminster di London dengan nama Bin Ben. Jam ini pertama kali aktif berdetak pada 31 Mei 1859. Sejak saat itu, jam bermuka empat ini telah menjadi ikon Inggris dan keakurasiannya terkenal sampai ke seluruh dunia.
# Menara jam: Dirancang oleh Charles Barry dan Augustus Pugin
# Tinggi: 96 meter
Lonceng
LONCENG BESAR
Bersama jam dan menaranya, lonceng besar ini juga dijuluki “Big Ben”. Julukan itu mungkin berasal dari nama Benjamin Hall, politisi sekaligus First Commissioner of Works pada masa menara jam itu dibuat.
Lonceng yang kini terpasang adalah genta kedua. Lonceng pertamanya retak ketika dites. Lonceng hasil cetakan kedua, 2,5 ton lebih ringan daripada lonceng pertama, pertama kali berdentang pada Juli 1859.
Berat: 13,7 ton
Tinggi: 2,2 meter
Diameter: 2,7 meter
Berat palu: 200 kilogram
LONCENG QUARTER
Setiap seperempat jam, empat genta kecil berdentang memainkan komposisi musik Messiah, karya terbesar George Frideric Handel:
All through this hour
Lord be my guide
that by Thy power
No foot shall slide
# Fly Fans: Rem angin mengatur penurunan beban
# Beban
# Pendulum
Muka Jam
Setiap jam terletak pada kerangka besi tempa berdiameter 7 meter dan memiliki 312 kepingan kaca opal.
Jarum jam
- Panjang: 2,7 meter
- Berat: 300 kilogram
- Material: gun metal, sejenis logam campuran perunggu
Jarum detik
Panjang: 4,2 meter
Berat: 100 kilogram
Material: Lempengan tembaga
Pemberhentian Great Clock
1962: Dentang jam pada tahun baru terlambat 10 menit karena salju yang menumpuk pada jarum jam.
1976: Jam dimatikan selama 26 hari dalam sembilan bulan setelah mekanisme dentangannya mengalami kerusakan karena logamnya aus.
2005: Mekanisme jam berhenti selama dua hari karena pelaksanaan inspeksi terhadap tuas rem.
2007: Mekanisme jam diganti menggunakan motor listrik selama proses pemeliharaan selama enam bulan. Piringan jam dibersihkan dan diperbaiki untuk persiapan menyambut perayaan 150 tahun Big Ben.
Mekanisme Great Clock
Jam ini digerakkan oleh gravitasi, yang terdiri atas tiga “train” atau roda gigi, yaitu Going, Chime, dan Strike. Setiap roda gigi itu terdiri atas silinder yang terhubung pada beban yang menggantung ke bawah menggunakan kawat baja. Ketika beban turun, silinder akan berputar dan menggerakkan jarum dan lonceng lewat serangkaian roga gigi, kawat, dan tuas.
Dibangun oleh pembuat jam Edward Dent berdasarkan desain yang dirancang oleh pengacara dan horologist amatir, Edmund Beckett Denison, dengan bimbingan dari George Airy, seorang astronom kerajaan.
Train Going
Menggerakkan jarum jam melalui roda gigi yang dioperasikan oleh tuas tunggal.
Train ini dikendalikan oleh Gravity Escapement kaki tiga ganda, yaitu sebuah mekanisme pengatur gerakan roda dan memasok impuls energi periodik kepada pendulum atau beban penyeimbang.
Denison melakukan terobosan yang membuat impuls ke pendulum tidak diberikan oleh escape wheel, seperti yang terjadi pada deadbeat escapement, melainkan melalui gaya gravitasi dari kedua tangan.
Invensi ini membebaskan pendulum dari friksi sehingga menjamin akurasi.
Escape wheel
Escape wheel : Roda gigi berputar yang secara periodik tersambung dan terlepas oleh jangkar dalam sebuah escapement.
Secara bergantian pendulum menyentuh satu dari kedua tangan setiap dua detik, mengeluarkan beban escape.
Tangan pengunci kemudian jatuh ke belakang karena dipengaruhi gravitasinya sendiri, menumbuk pendulum agar tetap berayun.
Dimensi Mekanisme
Panjang: 4,7 meter
Lebar: 1,4 meter
Berat: 5 ton
Material bingkai: balok besi tempa
- Silinder Strike Train
- Silinder Going Train
- Silinder Chime Train
CHIME TRAIN
Roda gigi ini membunyikan empat genta quarter melalui kawat baja yang terhubung ke palu lonceng.
- Setiap 15 menit, tangan pengangkat jatuh ke atas segmen roda yang relevan. Panjang segmen menentukan panjang rangkaian dentang.
STRIKE TRAIN
Membunyikan genta jam melalui tumbukan beban satu ton yang tergantung di bawahnya.
Beban yang jatuh menggerakkan silinder menarik tali baja yang terhubung ke palu lonceng.
Pendulum
Panjang: 4,4 meter
Berat: 310 kilogram
Pengatur jam:
Koin penny tua yang ditempatkan di atas langkan mengubah pusat massa pendulum. Menambah atau mengurangi satu penny mengubah kecepatan jam sampai 0,4 detik per hari.
Pemeliharaan
Jam diputar secara manual dengan tangan tiga kali dalam sepekan. Perlu lebih dari satu jam untuk memutar jam tersebut karena tidak mungkin untuk memutarnya saat jam berdentang.


Sejarah Menara Pissa

Menara miring Pisa (dalam Bahasa Italia: Torre pendente di Pisa) atau yang biasa disebut The Tower of Pisa (La Torre di Pisa) adalah sebuah menara lonceng dari sebuah katedral di kota Pisa, Italia. Menara ini terletak di belakang katedral dan merupakan struktur ketiga di Campo dei Miracoli (keajaiban) Pisa.

Walaupun rencana semula dibangun secara vertikal, menara itu mulai miring ke arah tenggara segera setelah dilakukan konstruksi di tahun 1173, dikarenakan pondasi yang tak sempurna.

Tinggi dari menara tersebut adalah 55,86 km dari permukaan tanah di sisi terendah, dan 56,70 m di sisi yang tertinggi. Lebar alas bangunan itu adalah 4,09 m dan lebar puncaknya adalah 2,48 m. Berat menara ini diperkirakan 14,500 ton dan memiliki 294 anak tangga.

Konstruksi dari Menara Pisa dibangun dalam tiga tahap, yang memakan waktu sekitar 200 tahun. Konstruksi marmer putih di lantai pertama dimulai pada tanggal 9 Agustus 1173, pada masa kejayaan militer dan kemakmuran Italia. Lantai pertama ini dikelilingi oleh beberapa pilar dan walaupun posisinya miring, namun tetap tahan selama berabad-abad.

Ada kontroversi seputar identitas dari arsitek yang membangun Menara Miring Pisa. Selama bertahun-tahun, desain tersebut diyakini dibuat oleh Guglielmo dan Bonanno Pisano, artis lokal kenamaan di abad ke-12, yang terkenal dengan karya perunggunya, khususnya pada karyanya Pisa Duomo.

Bonanno Pisano meninggalkan Pisa di tahun 1185 dan pindah ke Monreale, Sicilia, namun kemudian kembali lagi dan meninggal di tanah kelahirannya itu. Makamnya ditemukan di dasar tower di tahun 1820.

Menara itu pertama kali miring setelah lantai ketiga dibangun di tahun 1178, dikarenakan amblasnya pondasi sedalam tiga meter, akibat pergerakan tanah. Ini berarti bahwa desain dari menara tersebut telah cacat sejak pada awalnya.

Konstruksi dihentikan sementara selama hampir seabad lamanya, karena para warga Pisa hampir terlibat peperangan dengan Genoa, Lucca dan Florence. Selama masa ‘istirahat’ ini, struktur tanah di bawahnya telah kembali stabil. Dan di tahun 1198, dipasang jam untuk sementara pada bangunan yang masih belum tuntas itu.

Di tahun 1272, bangunan itu dilanjutkan kembali oleh Giovanni di Simone, arsitek dari Camposanto. Lantai keempat dibangun untuk mengimbangi kemiringan dari menara ini. Pembangunan kembali dihentikan di tahun 1284, saat Pisa ditaklukan oleh Genoa dalam Pertempuran Meloria.

Pembangunan menara lonceng ini tak selesai terhenti hingga 1372. Setelah itu, Tommaso di Andrea Pisano berhasil menyelesaikan elemen-elemen Gothic dari menara tersebut, dengan memberikan sentuhan gaya Roma. Terdapat tujuh lonceng pada menara tersebut, yang masing-masing mewakili not pada nada. Lonceng yang terbesar dipasang pada tahun 1655.



No comments:

Post a Comment